Pura Tanah Lot ini terletak di Pantai Selatan Pulau
Bali yaitu di wilayah kecamatan Kediri, Kabupaten Daerah Tingkat II Tabanan,
yang pembangunannya erat kaitannya dengan perjalanan Danghyang Nirartha di
Pulau Bali.
Di sini Danghyang Nirartha pernah menginap satu malam
dalam perjalanannya menuju daerah Badung dan kemudian ditempat inilah oleh
orang-orang yang pernah menghadap kepada Danghyang Nirartha dibangun bangunan
suci (Pura atau Kahyangan) sebagai tempat memuliakan dan memuja
Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa ) untuk memohon kemakmuran dan
kesejahteraan.
Pura atau Kahyangan ini diberi nama “Pura
Pekendungan” yang sekarang lebih dikenal dengan “ Pura Tanah Lot”
sebagai salah satu penyungsungan jagat. Bagaimana ikwal perjalanan Danghyang
Nirartha tatkala berkeliling di Pulau Bali dan sampai ditempat ini, sebagaimana
tertulis dalam babad Dwijendra Tatwa yang secara singkat dapat diuraikan
sebagai berikut :
Pada suatu waktu Danghyang Niratha
datang kembali ke Pura Rambut Siwi di dalam perjalanan beliau kelilling pulau
Bali, dimana dahulu tatkala beliau baru tiba di Bali dari Brambangan (Blambangan)
pada sekitar tahun icaka 1411 atau tahun 1489 M beliau pernah singgah di
tempat ini.
Setelah berada di Pura Rambut Siwi
untuk beberapa lama, kemudian beliau melanjutkan perjalanannya menunju arah
Purwa (Timur) dan sebelum berangkat paginya Danghyang Niratha melakukan
sembahyang “Surya Cewana” bersama orang-orang yang ada disana. Sesudah
menyiratkan (memercikkan ) tirtha terhadap orang orang yang ikut
melakukan persembahyangan , lalu Danghyang Nirartha keluar dari Pura Rambut
Siwi berjalan menuju arah ke Timur.
Perjalanan beliau ini menyusuri
pantai Selatan pulau Bali dengan diiring oleh beberapa orang yang teraut cinta
bhaktinya kepada Danghyang Nirartha. Dalam perjalannya ini Danghyang Nirartha
dapat menyaksikan bagaimana deburan ombak laut menerpa pantai menambah
keindahan alam yang sangat mengasyikkan. Terbayang oleh beliau bagaimana
kebesaran Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa ) yang telah
menciptakan alam semesta dengan segala isinya yang dapat membrikan kehidupan
bagi manusia. Karena asyik memperhatikan dan memandang keindahan alam dengan
segala isinya, sampai –sampai Dangyang Nirartha tidak merasakan kelelahan
didalam perjalanannya. Sebagaimana biasanya di dalam perjalanan Danghyang
Nirartha senantiasa membawa lontar dan pengrupak (pisau raut untuk menulis
pada daun lontar ) sehingga apa-apa yang diangap penting baik yang dilihat
maupun yang dirasakan kemudian disusun dalam bentuk kekawain atau gubahan
lainnya. Demikian pula mengenai perjalanannya dari Pura Rambut Siwi ini,
sehingga karena asyiknya beliau memperhatikan serta memandang dan memikirkan
segala sesuatu yang dipandang penting dan akan digubah, tahu-tahu Danghyang
Niratha sudah sampai pada suatu tempat di pantai Selatan dipantai Selatan pulau
Bali.
Di pantai ini terdapat sebuah pulau
kecil yang terdiri dari tanah parangan (tanah keras) dan disinilah
Danghyang Nirartha berhenti dan beristirahat. Tidak antara lama Dangyang
Nirartha beristirahat disana, maka berdatangan kesana para nelayan untuk
menghadap kepada Danghyang Nirartha sambil membawa berbagai persembahan untuk
diaturkan kepada beliau. Kemudian setelah sore hari, para nelayan tersebut memohon
kepada Danghyang Nirartha agar beliau berkenan bermalam dipondok mereka masing-
masing, namun permohonannya ini semua ditolak oleh Danghyang Nirartha, karena
beliau lebih senang bermalam di pulau kecil itu. Disamping hawanya segar, juga
pemandangannya sangat indah dan dari sana belaiu dapat melepaskan pandangan
secara bebas kesemua arah. Pada malam harinya sebelum Danghyang Nirartha
beristirahat, beliau memberikan ajaran-ajaran seperti agama, susila dan ajaran
kebajikan lainnya kepada orang-orang yang datang menghadap ke sana. Tatkala itu
Danghyang Nirartha menasehatkan kepada orang-orang itu untuk membangun
Parhyangan (Pura atau Kahyangan) disana karena menurut getaran batin
beliau yang suci serta petunjuk gaib bahwa tempat itu baik untuk tempat memuja
Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang maha Esa ) . Dari tempat ini kemudian
rakyat dapat memuja kebesaran sanghyang Widhi Wasa ( Tuhan YangMaha Esa )
untuk memohon wara nugrahaNya keselamatan dan kesejahteraan dunia. Demikian
antara lain nasehat Danghyang Nirartha kepada orang-orang yang mengahadap pada
malam hari itu, yang akhirnya sesudah Danghyang Nirartha meninggalkan tenpat
itu, kemudian oleh orang-orang tersebut dibangunlah sebuah bangunan suci (Pura
atau Kahyangan) yang diberi nama Pura Pakendungan yang kini lebih
dikenal dengan sebutan Pura Tanah Lot.
Harrah's Cherokee Casino - MapYRO
BalasHapusHarrah's Cherokee 안산 출장안마 Casino is a 원주 출장마사지 Native American casino 공주 출장샵 in Murphy, 의왕 출장샵 North Carolina. The casino is owned 제주 출장안마 by the Eastern Band of Cherokee Indians.